Tampilkan postingan dengan label Danau. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Danau. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 Mei 2021

Danau Lau Kawar

Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar di Tanah Karo

Hai sahabat backpacker...

Setelah kemarin aku mengunjungi Museum Letjen Jamin Gintings yang ada di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, maka di hari selanjutnya aku kembali melanjutkan petualanganku di Tanah Karo dan tujuanku kali ini adalah Danau Lau Kawar yang ada di kaki Gunung Sinabung.

Museum Letjen Jamin Gintings di Tanah Karo

Sebenarnya aku udah cukup lama pengen ngunjungi danau ini, tapi karena kondisi Gunung Sinabung belum normal juga setelah bertahun-tahun erupsi membuat rencana tersebut terbengkalai. Dan akhirnya hari ini, setelah beberapa bulan ini Gunung Sinabung aman dari erupsi, aku pun berpetualang ke danau yang ada di kakinya tersebut.

Alamat Danau Lau Kawar

Danau Lau Kawar beralamat di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Danaunya berada di Kawasan Ekosistem Leuser, tepatnya di kaki Gunung Sinabung dan berjarak sekitar 45 menit perjalanan dari Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo.

Sepanjang perjalanan menuju danau ini, aku juga harus mengingat setiap persimpangan dan jalur evakuasi terdekat, kalau-kalau gunung ini mengalami erupsi kembali. Jujur aja,perjalanan kali ini membuat adrenalinku lumayan terpacu. Brmm... brmmm...

Menjelang tiba di Danau Lau Kawar, aku bisa melihat Gunung Sinabung yang menjulang tinggi di sisi kiri jalan. Gunung ini terlihat begitu gagah perkasa, indah dan menawan, sekaligus gersang. Sesekali terlihat juga gumpalan asap yang keluar dari puncak gunungnya yang tertutup awan. Sedangkan di kaki gunungnya aku bisa ngelihat pepohonan yang mati mengering karena dampak erupsi yang terjadi secara terus-menerus. 

Danau Lau Kawar
Gunung Sinabung di sisi jalan
Danau Lau Kawar
Gunung Sinabung
Danau Lau Kawar
Pepohonan yang meranggas di kaki gunung

Pemandangan Danau Lau Kawar

Setelah berkendara sekitar 50 menit, aku akhirnya tiba juga di pintu gerbang Danau Lau Kawar. Setelah memarkirkan motor di pinggiran danau, aku segera mengeksplore pesona Danau Lau Kawar ini.

Kesan pertamaku adalah danau ini sepi banget cuy. Selain aku sendiri, pengunjungnya cuma ada dua pasangan yang sedang duduk nyantai di pinggiran danau dan dua orang yang sepertinya penduduk sekitar yang sedang memancing ikan di atas rakit bambu.

Kesan berikutnya adalah, danau ini terbengkalai. Terlihat dari gerbangnya yang tak terawat. Semak belukar juga tumbuh subur di sekitar danau. Bahkan beberapa fasilitas umumnya juga udah rusak seperti arena bermain anak, gazebo, dan fasilitas lainnya. 

Danau Lau Kawar
Gerbang Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar
Rumput pun tumbuh panjang
Danau Lau Kawar
Gazebonya mau rubuh
Danau Lau Kawar
Area bermain anak yang terbengkalai

Sepertinya semenjak adanya erupsi Gunung Sinabung bertahun-tahun yang lalu, danau ini tak lagi dikelola dan dikunjungi wisatawan. Padahal dulunya kawasan danau ini menjadi lokasi camping favorit bagi para pendaki yang ingin menggapai puncak Gunung Sinabung.

Untungnya erupsi tersebut tak mempengaruhi kondisi Danau Lau Kawar. Danau ini tetap terlihat indah dan menawan. Alam sekitarnya juga tetap hijau dan subur. Udaranya juga sejuk khas udara pegunungan. 

Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar
Jalan di pinggir danau
Danau Lau Kawar
Naik rakit di Danau Lau Kawar

Pemadangan Danau Lau Kawar juga indah, danaunya cukup luas dengan air yang berwarna kehijauan akibat pembiasan dari perbukitan hijau yang mengelilingi sekitar Danau Lau Kawar. Duduk bersantai di pinggir danau ini cukup membuatku nyaman dan betah berlama-lama hingga,

Bang, tolong fotoin kami dong!” salah satu pasangan tersebut ternyata mendatangiku meminta diambilkan foto.

Oh iya, sini hapenya Bang!” ucapku sambil mencari komposisi yang bagus.

Pose gini aja yang.” Kata si Cowok sambil memeluk pacarnya dari belakang. Dan dilanjutkan dengan pose-pose mesra lainnya.

Asemlah, kalo mau mesra-mesraan liat tempat dan situasi dong. Rutukku dalam hati.

Setelah cukup mengambilkan foto pasangan yang sedang kasmaran tersebut, aku pun bergegas meninggalkan Danau Lau Kawar yang tetap terlihat tenang di belakangku.

Aku bukan kabur karena iri ya, tapi suasana Danau Lau Kawar yang teramat sepi itu bikin serem juga. Apalagi sejak dulu, sejak danau ini masih ramai ama para pendaki, danau ini emang udah terkenal angker dan sering membuat pengunjung kesurupan jika bertingkah yang nggak sopan.

Kabur duluan deh. 😁

Oh ya, setelah ini aku melanjutkan petualangan ke masjid tertua di Tanah Karo. Sampai jumpa.

To be continued....

Danau Lau Kawar
Suasananya tenang banget
Danau Lau Kawar
Backpacker ganteng dan unyu di Danau Lau Kawar

Senin, 15 Maret 2021

Menara Pandang Tele, Melihat Danau Toba dari Ketinggian

Menara Pandang Tele
Danau Toba dari Menara Pandang Tele

Brmmm... brmmm... aku kembali memacu sepeda motorku. Setelah sebelumnya aku berhenti sejenak di Jembatan Tano Ponggol, sebuah jembatan bersejarah di Pulau Samosir. Sekarang aku memutuskan untuk keluar dari Pulau Samosir dan mengarah kembali Kota Medan. Untuk perjalanan pulang ini, aku mau mencoba perjalanan via darat melalui Jalan Tele-Pangururan.

Baca juga: Jembatan Tano Ponggol, Jembatan Penghubung Samosir dengan Sumatera

Jalan Tele-Pangururan

Jalan Tele-Pangururan  adalah sebuah jalan yang menghubungkan antara Pulau Samosir dengan daratan utama Pulau Sumatera. Jalannya indah banget, karena di satu sisi terlihat perbukitan hijau dan Gunung Pusuk Buhit, sebuah gunung sakral bagi Suku Batak. Konon katanya, gunung ini menjadi asal-usul Suku Batak. Bahkan di sepanjang jalur menuju puncak gunungnya ada banyak tempat-tempat yang berhubungan langsung dengan sejarah Suku Batak.

Sedangkan di sisi satunya menganga jurang yang cukup lebar, di sisi jurangnya juga sesekali terlihat indahnya pemandangan Danau Toba. Cakep uy! Selain itu, di sepanjang jalan Tele-Pangururan ini juga sesekali terlihat bebatuan yang katanya sisa dari letusan Gunung Toba jutaan tahun silam. Sebuah letusan dahsyat yang katanya hingga mengubah iklim bumi pada saat itu.

Oh ya, Jalan Tele-Pangururan ini juga punya kontur yang mendaki dan berkelok-kelok. Selain itu, anginnya juga cukup kencang. Jadi menurutku untuk melalui jalan ini, apalagi kalo pake sepeda motor harus ekstra hati-hati. Soalnya kalo meleng dikit, bisa ucapin selamat tinggal pada dunia.

Menara Pandang Tele

Sekitar 30 menit kemudian aku pun tiba di Menara Pandang Tele. Menara Pandang Tele adalah adalah sebuah menara pandang yang di terletak di pinggir Jalan Tele-Pangururan. Menara ini menawarkan pemandangan indah Danau Toba dan perbukitan di sekelilingnya dari ketinggian. 

Menara Pandang Tele
Menara Pandang Tele

Alamat Menara Pandang Tele

Menara Pandang Tele beralamat di Jalan Tele-Pangururan, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Menara ini berjarak sekitar 30 menit dari Kota Pangururan, ibukota Kabupaten Samosir.

Tiket Masuk ke Menara Pandang Tele

Harga tiket masuk ke Menara Pandang Tele cuma Rp. 5000 doang peorang dan ditambah biaya parkir motor Rp. 2000. Jadi aku hanya membayar Rp. 7000 aja untuk menikmati pesona dari menara ini.

Pemandangan dari Menara Pandang Tele

Setelah membayar tiket masuk, aku pun segera menjelajahi bagian-bagian dari menara pandang ini. Menara yang diresmikan pada 22 April 1988 ini terdiri atas empat lantai dengan setiap lantainya terdapat balkon berpagar. Sedangkan lantai teratasnya berupa ruangan berdinding kaca 360° sehingga bisa melihat pemandangan dengan lebih luas. Di dalam ruangannya juga ada kursi-kursi untuk pengunjung yang ingin duduk santai menikmati pemandangan. Sayangnya, kacanya cukup kotor dan berdebu, jadi aku memilih menikmati pemandangannya dari balkonnya aja. 

Menara Pandang Tele
Prasasti peresmian Menara Pandang Tele
Menara Pandang Tele
Lantai 4 Menara Pandang Tele

Pemandangan yang terlihat dari atas menara ini cakep banget cuy. Soalnya bisa melihat Danau Toba dari ketinggian. Airnya yang kebiruan terlihat indah banget. apalagi di sekelilingnya terdapat bukit-bukit hijau cantik. Di sela-sela bukit itu juga nampak aliran air terjun, makin cantik pemandangannya.

Selain pemadangan Danau Toba dari ketinggian, di sekitar menara juga ada taman bunga mininya, cakep juga buat foto-foto. Lalu ada juga beberapa warung yang nyediain makanan ringan dan minuman. Jadi bisa sebagai tempat istirahat juga. 

Menara Pandang Tele
Danau Toba dan perbukitan hijau
Menara Pandang Tele
Pemandangan perbukitan dari atas menara
Menara Pandang Tele
Air Terjun di sela-sela perbukitan

Untuk kekurangannya, menara ini nggak punya teropong pandang sih, nggak seperti menara-menara pandang lainnya. Lalu nggak ada toiletnya juga sehingga kalo ingin ke kamar mandi harus memakai kamar mandi di warung-warung tersebut. Selain itu, kebersihan menaranya juga cukup kurang. Semoga nanti bisa lebih diperbaiki lagi. Aamiin...

Setelah puas menikmati indahnya Danau Toba dari ketinggian, aku pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Medan via jalur darat ini. Oh ya, setelah ini aku juga bakal singgah di satu air terjun yang ada tepat di pinggir jalan raya. Stay tune...

To be continued....

Menara Pandang Tele
Papan informasi Kaldera Toba
Menara Pandang Tele
Ada taman mininya juga
Menara Pandang Tele
Backpacker ganteng dan unyu di Menara Pandang Tele

Rabu, 10 Februari 2021

Danau Sidihoni, Danau di Atas Danau di Pulau Samosir

Danau Sidihoni SamosirDanau Sidihoni

Hai sahabat backpacker, gimana nih kabarnya? Semoga sehat selalu ya, aamiin....

Nggak kerasa udah lama juga nih aku nggak update. Soalnya beberapa waktu belakangan ini aku emang lumayan sibuk. Maklum lah, lagi proses adaptasi di tempat yang baru. Selain itu juga banyak tugas hingga berkas-berkas dokumen yang harus diurus. Apalagi berkasnya harus diurus di kantor dinas pemerintahan. Karena KTP ku yang berbeda provinsi membuat prosesnya menjadi lebih rumit lagi. :(

Tapi yah mari lupakan itu sejenak, kali ini aku mau ngelanjutin kisah petualanganku saat di Pulau Samosir beberapa waktu yang lalu. Setelah sebelumnya aku mengunjungi Museum Huta Bolon Simanindo, aku kemudian melanjutkan perjalanan ke Danau Sidihoni, sebuah danau yang ada di atas danau. 

Danau Sidihoni Samosir
Danau di Atas Danau

Baca juga: Museum Huta Bolon Simanindo

Alamat Danau Sidihoni

Danau Sidihoni beralamat di Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir. Tapi cara terdekat ke danau ini adalah dari Pangururan, ibukota Kabupaten Samosir.

Jadi dari Pangururan ambil jalan ke kiri, ke arah Ronggur Nihuta. Jalannya cukup menanjak dan ada kerusakan di beberapa bagian, tapi masih asyik buat dilalui kendaraan bermotor. Apalagi di sisi jalannya juga bisa terlihat pemandangan Danau Toba dan bukit-bukit hijau di sekelilingnya. Dari Pangururan, danau ini cuma berjarak sekitar 25 menit perjalanan doang.

Tiket Masuk ke Danau Sidihoni

Untuk masuk ke Danau Sidihoni ini gratis loh cuy. Gratis. Bahkan parkir motornya juga gratis cuy. Mantap abis!!!

Pesona Alam Danau Sidohoni

Danau Sidihoni adalah satu danau yang cukup unik di Pulau Samosir, soalnya danau ini juga disebut dengan nama Danau di Atas Danau karena secara geografis, posisi danau ini berada di dalam Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba.

Danau ini juga punya pemandangan yang cukup cantik. Danaunya punya luas hingga 5 hektar dengan bentuk danau seperti mangkok. Maksudnya danaunya cekung dan sekitarnya terdapat banyak bukit-bukit dan lapangan berumput hijau yang mengelilingi danau ini. Pemandangannya bikin mata jadi segar cuy. 

Danau Sidihoni Samosir
Danaunya cakep juga
Danau Sidihoni Samosir
Bukit hijau di sekitar danau

Air danaunya juga masih bersih dan jernih, bahkan airnya dimanfaatin ama penduduk sekitar untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Bahkan saat aku berkunjung ke danau ini, di satu sudut masih ada sekelompok anak gadis yang lagi mencuci pakaian. Cihuyy....

Selain itu, di sekitar danau ini juga banyaak kerbau-kerbau yang sedang merumput. Keberadaan kerbau-kerbau ini juga menambah asri pemandangan dari Danau Sidihoni. Mantap!!! 

Danau Sidihoni Samosir
Sekitarnya masih asri
Danau Sidihoni Samosir
Ada banyak kerbau

Puas menikmati keindahan dan keunikan Danau Sidihoni yang dijuluki sebagai danau di atas danau ini, aku pun segera beranjak untuk menuju tempat selanjutnya yaitu Jembatan Tana Ponggol, sebuah jembatan yang menghubungkan Pulau Samosir dengan daratan Pulau Sumatera. 

Danau Sidihoni Samosir
Siganteng yang unyu di Danau Sidihoni

To be continued...

Rabu, 06 Januari 2021

Menanti Sunrise di Bukit Beta Samosir

Bukit Beta Samosir
Bukit Beta Samosir

Hai sahabat backpacker, selamat pagi 😊

Gimana nih kabarnya? Semoga di sehat selalu ya dan di tahun ini kita bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. Aamiin...

Kali ini aku mau ngelanjutin kisah petualanganku di Bumi Samosir yang kulakuin beberapa waktu yang lalu. Setelah sebelumnya aku memutuskan untuk menginap di Bagus Bay Homestay, pagi harinya aku pun berencana untuk melihat matahari terbit di Pulau Samosir. Untuk melihat matahari terbit tersebut, katanya spot terbaik adalah Bukit Beta, sebuah bukit kecil yang ada di dekat jalan masuk menuju Desa Tuk-Tuk.

Alamat Bukit Beta

Bukit Beta beralamat di Jalan Tuktuk, Desa Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Lokasinya ada di sisi kiri jalan dan tak jauh dari arah gerbang masuk desa.

Pemandangan Bukit Beta

Bukit Beta merupakan sebuah bukit kecil dan cukup landai. Bukitnya dihiasi padang rumput hijau yang cukup luas. Di bagian belakang bukit terdapat tebing-tebing batu yang menjulang tinggi. Jika musim hujan, di sela-sela bebatuannya juga terlihat aliran air terjun kecil.

Bukit ini juga menghadap ke arah timur, ke arah Danau Toba. Sehingga dari atas bukit ini aku bisa melihat luasnya Danau Toba hingga ke seberang sana, ke daratan Pulau Sumatera yang terlihat berbukit-bukit juga. Di sebelahnya juga terlihat berbagai penginapan yang berdiri di atas Desa Tuktuk yang daratannya membentuk tanjung ke arah Danau Toba. 

Bukit Beta Samosir
Danau Toba dari Bukit Beta
Bukit Beta Samosir
Tebing di belakang bukit
Bukit Beta Samosir
Bunga rumput di Bukit Beta

Matahari Terbit di Bukit Beta

Karena menghadap ke timur, Bukit Beta menjadi salah satu spot berburu sunrise yang cukup populer di Pulau Samosir. Karena itu, sebelum matahari terbit, aku pun udah tiba di atas Bukit Beta. Sayangnya pagi itu cuaca di Pulau Samosir tak begitu bersahabat. Cuaca yang terlihat mendung dengan awan kelabu memenuhi langit di sisi timur. Jadi sunrise indah yang kubayangin kagak terlihat.

Sayang banget sih, tapi kalo udah masalah alam, kita emang kagak bisa berbuat apa-apa. Paling tidak aku masih bisa melihat indahnya Danau Toba dari atas Bukit Beta ini. Aku pun bergegas kembali ke penginapan untuk bersih-bersih dan bersiap melanjutkan petualangan di Bumi Samosir. 

Bukit Beta Samosir
Tuktuk dari Bukit Beta

To be continued...

Kamis, 24 Desember 2020

Melihat Sunset dari Pantai Pasir Putih Parbaba di Pulau Samosir

Pantai Pasir Putih Parbaba Samosir
Pantai Pasir Putih Parbaba

Tak terasa hari sudah beranjak sore. Kulihat sang raja siang itu sudah jauh tergelincir ke ufuk barat. Sebelum hari menjadi semakin senja, aku pun segera keluar dari Desa Tomok dan mengarahkan sepeda motorku ke arah barat Pulau Samosir melalui jalan utama Pulau Samosir yang menghubungkan setiap wilayah di Pulau Samosir.

Baca juga: Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir

Setelah sebelumnya aku cukup puas berwisata di Desa Tomok dengan mengunjungi beragam destinasi wisatanya seperti Pasar Tomok yang merupakan sentra oleh-oleh di Pulau Samosir, kemudian juga mengunjungi situs peninggalan megalithikum yaitu sarkofagus alias Makam Batu milik Raja Sidabutar, lalu melihat peninggalan budaya Batak di Museum Batak Tomok hingga melihat Boneka Sigale-Gale.

Untuk penutup perjalanan hari ini aku bertujuan untuk menyaksikan matahari terbenam dari salah satu pantai yang ada di Pulau Samosir, tepatnya di Pantai Pasir Putih Parbaba.

Alamat Pantai Pasir Putih Parbaba

Pantai Pasir Putih Parbaba terletak di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Pantai ini berada di sisi barat Pulau Samosir dan berjarak sekitar 40 menit perjalanan dari Desa Tomok.

Sebenarnya sepanjang perjalanan mata ini cukup dimanjakan ama pemandangan indah dari Pulau Samosir karena di sisi kanan jalan bisa terlihat hamparan luas dari Danau Toba dengan airnya yang kebiruan. Sedangkan di sisi satunya ada hamparan hijau persawahan, rumah-rumah masyarakat Batak Toba yang terlihat khas hingga perbukitan yang menjulang di sisi tengah pulau.

Tiket Masuk ke Pantai Pasir Putih Parbaba

Setelah 40 menit perjalanan, akhirnya aku tiba di kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba. Aku kemudian memarkirkan motor di parkiran yang tersedia. Biaya parkirnya hanya Rp. 2000 aja permotor. Sedangkan tiket masuk ke Pantai Pasir Putih Parbaba ini ternyata gratis. Gratis cuy.

Pemandangan di Pantai Pasir Putih Parbaba

Sesuai ama namanya, Pantai Pasir Putih Parbaba ini punya dataran luas berupa pasir putih yang halus. Kemungkinan pasir ini merupakan sisa dari letusan Gunung Toba jutaan tahun silam. Di depan pantai ini langsung terhampar pemandangan Danau Toba yang begitu luas, airnya yang dingin terasa menyegarkan.

Sedangkan di seberang danau terlihat barisan pegunungan dari Pulau Sumatera yang seolah menjadi pagar pembatas dari Danau Toba. Lalu di sisi Barat Daya nampak Gunung Pusuk Buhit yang berdiri dengan gagahnya. Btw, Gunung Pusuk Buhit adalah sebuah gunung suci dan sakral bagi orang Batak. Karena dalam kepercayaan mereka, nenek moyang Bangsa Batak awalnya turun dari langit ke atas Gunung Pusuk Buhit ini. 

Pantai Pasir Putih Parbaba Samosir
Menghadap ke Danau Toba
Pantai Pasir Putih Parbaba Samosir
Hamparan pasir yang luas
Pantai Pasir Putih Parbaba Samosir
Gunung Pusuk Buhit

Fasilitas yang ada di Pantai Pasir Putih Parbaba

Sebagai salah satu destinasi yang cukup populer di Pulau Samosir, fasilitas yang ada di Pantai Pasir Putih Parbaba ini cukup lengkap. Selain lahan parkir yang luas, di sekitar pantai juga terdapat beberapa penginapan. Di pantai ini juga banyak wahana permainan air seperti banana boat, perahu dayung, sepeda bebek, spead boat hingga ban pelampung.

Sore itu pengunjung pantai Pantai Pasir Putih Parbaba ini cukup rame juga. Selain bermain wahana air, banyak juga yang bermain bola voli, menerbangkan drone, hingga yang duduk bersantai menanti tenggelamnya matahari. 

Pantai Pasir Putih Parbaba Samosir
Pengunjung bermain banana boat

Matahari terbenam di Pantai Pasir Putih Parbaba

Hanya beberapa menit setelah aku tiba di kawasan pantai, sunset yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Perlahan sang penguasa siang itu semakin tenggelam di ufuk barat, di balik pegunungan Pulau Sumatera yang ada di seberang danau.

Cahaya senja perlahan memenuhi penjuru langit dengan warna jingganya yang khas. Sayangnya saat itu cuaca tak begitu cerah, sehingga warna senjanya terasa tak maksimal. Tapi itu pun udah cukup lah buatku.

Setelah matahari benar-benar menghilang, aku pun segera kembali dan langsung menuju Desa Tuktuk untuk menyewa penginapan agar esok bisa melanjutkan kembali petualangan di Bumi Samosir. 

Pantai Pasir Putih Parbaba Samosir
Senja di Pantai Pasir Putih Parbaba
Pantai Pasir Putih Parbaba Samosir
Menanti senja
Pantai Pasir Putih Parbaba Samosir
Backpacker ganteng dan unyu di Pantai Parbaba

To be continued...

Jumat, 11 Desember 2020

Menyeberangi Danau Toba dari Parapat ke Pulau Samosir

Menyeberangi Danau Toba
Hamparan luas Danau Toba

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum musim hujan melanda

            Jangan traveling ke wisata air selama musim hujan. Berbahaya!!!

Hai sahabat backpacker, gimana kabar kalian?

Kalo kabarku sih baik-baik aja. Tapi di sini sekarang lagi musim musim hujan cuy. Meskipun kampungku kagak kerendam banjir, tapi akses jalan keluar kampungnya pada tenggelam, baik yang ke arah kotamadya maupun ke arah kota kabupaten. Jadinya ribet deh kalo mau kemana-mana.

Berhubung lagi kagak bisa kemana-mana, jadi kali ini aku mau cerita tentang perjalananku beberapa waktu yang lalu. Perjalanan ini kulakuin saat belum musim hujan. Jadi masih aman lah. Dan tujuan perjalananku kali ini adalah Pulau Samosir yang ada di tengah Danau Toba.

Danau Toba

Danau Toba sendiri adalah sebuah danau tersebar se-Indonesia bahkan se-Asia Tenggara. Danau ini memiliki panjang hingga 100 kilometer dan lebar hingga 30 kilometer dan kedalamannya mencapai 505 meter. Danau ini berada di tengah pulau Sumatera bagian utara, tepatnya di kaldera Gunung Supervulkan Toba.

Ngomongin Danau Toba mungkin udah banyak juga sih kubahas di blog ini. Soalnya aku udah ngunjungi Danau Toba dari berbagai sisi yang berbeda. Mulai dari Parapat, Tigaras, Tongging, Silalahi, Porsea, Sigura-Gura hingga dari kota Balige. Semua tempat-tempat tersebut menampilkan keindahan alam Danau Toba secara sempurna dengan pemandangan yang berbeda-beda.

Tapi dari sekian banyak kunjunganku ke Danau Toba, selalu ada satu tempat yang selalu terlewat. Padahal tempat ini bisa dibilang salah satu tempat yang wajib dikunjungi kalo ke Danau Toba yaitu Pulau Samosir. 

Menyeberangi Danau Toba
Bukit hijau di sekeliling Danau Toba
Menyeberangi Danau Toba
Kapal-kapal yang sedang berlabuh

Pulau Samosir

Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik yang berada di tengah-tengah Danau Toba. Pulau ini termasuk dalam 10 pulau besar yang ada di tengah-tengah danau. Pulau Samosir juga punya banyak potensi pariwisata alam yang sangat menarik. Selain itu, di pulau ini juga tinggal suku Batak Toba dengan segala adat dan budayanya. Oleh karena itu, aku cukup tertarik untuk mengunjungi pulau yang satu ini.

Brmmm... brrmmm....

Dengan menggunakan sepeda motor aku melalui rute Kisaran-Perdagangan-Pematang Siantar-Parapat. Menjelang siang aku pun tiba di kota Parapat. Rencananya aku mau naik kapal ferri aja di Pelabuhan Ajibata. Tapi karena ribet buka peta di hp, akhirnya aku make GPS alias Gunakan Penduduk Setempat dan malah diarahkan ke Pelabuhan Tigaraja.

Menyeberangi Danau Toba

Pelabuhan Tigaraja ini melayani kapal motor yang membawa penumpang dari Parapat ke Tomok di Pulau Samosir. Di sini kapal motornya bertingkat dua dan bisa membawa sepeda motor, jadi motornya dijejerin di bagian samping kapal. Biaya penyeberangannya pun cukup terjangkau, perorangnya cuma dikenakan biaya Rp. 8000 aja dan untuk motor dikenakan biaya Rp. 10.000. 

Menyeberangi Danau Toba
Kapal motor penyeberangan Parapat-Tomok
Menyeberangi Danau Toba
Suasana di dalam kapal
Menyeberangi Danau Toba
Kapal melaju di tengah Danau Toba

Setelah beberapa penumpang menaiki kapal, kapal pun mundur secara perlahan dan meninggalkan pelabuhan Tigaraja untuk mengarungi Danau Toba. Dari lantai dua kapal ini pemandangannya indah juga, soalnya aku bisa memandangi luasnya danau Toba dengan airnya yang berwarna kehijauan. 

Di kanan dan kiri juga terlihat barisan perbukitan hijau di sisi danau sedangkan di bagian depan tak terlihat ujung danau ini. Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan danau yang begitu luas, rasanya seperti di tengah lautan saja.

Kondisi angin di tengah danaunya juga cukup kencang, sehingga kapalnya bergoyang-goyang terkena ombak. Rasanya jadi kayak mengarungi lautan aja cuy. Lautan ala Danau Toba. Seru!!!

Sekitar 30 menit kemudian aku pun tiba di Pelabuhan Sumber Sari yang ada di Tomok, Pulau Samosir. Hup... dan sekarang aku udah resmi nginjakin kaki di Pulau Samosir. Selamat datang di Pulau Samosir, Negeri Indah Kepingan Surga. Petualanganku di Pulau Samosir pun dimulai. 

Menyeberangi Danau Toba
Kapal lain yang sedang melaju
Menyeberangi Danau Toba
Pelabuhan Sumber Sari Tomok

To be continued....