Tampilkan postingan dengan label Istana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Istana. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Oktober 2020

11 Tempat Wisata di Kota Tanjungbalai beserta Transportasi dan Penginapannya

Wisata Tanjungbalai
Wisata Kota Tanjungbalai

            Tanjungbalai adalah sebuah kota kecil di Sumatera Utara. Kota ini berada di antara aliran dua sungai, yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka. Meskipun hanya kota kecil, namun kota ini memiliki banyak destinasi wisata. Termasuk wisata sejarah karena dulunya Kota Tanjungbalai merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Asahan.

Berikut ini aku akan menyajikan informasi mengenai obejk-objek wisata yang ada di Kota Tanjungbalai. Daftar ini kubuat berdasarkan tempat-tempat yang memang telah kukunjungi secara langsung, jadi bisa kujamin kebenarannya. Daftar ini juga bisa bertambah nantinya jika aku jalan-jalan lagi ke kota ini.

11  Tempat Wisata di Kota Tanjung Balai

1.    Balai di Ujung Tanjung

Balai di Ujung Tanjung merupakan sebuah replika rumah balai yang merefleksikan asal muasal dan sejarah Kota Tanjungbalai. Rumah Balai ini terletak di ujung daratan Tanjungbalai dan tepat di depan pertemuan aliran Sungai Asahan dan Sungai Silau. Nama kota ini pun diambil dari sini, yaitu Balai yang ada di Tanjung sehingga menjadi Tanjungbalai. Alamat Balai ini terletak di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kota Tanjungbalai.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Rumah Balai, Asal Usul Sejarah Kota Tanjungbalai 

Wisata Tanjungbalai
Balai di Ujung Tanjung

2.    Replika Istana Asahan

Replika Istana Asahan atau yang diberi nama Bangunan Bersejarah Kota Tanjungbalai adalah sebuah bangunan replika dari Istana Kesultanan Asahan. Bangunan ini diresmikan pada tahun 2010 yang lalu, bersamaan dengan peresmian Balai di Ujung Tanjung. Replika Istana Asahan beralamat di Jalan Bondang. Dulunya Istana Asahan berada di belakang Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah, namun istana tersebut telah dirobohkan dan berganti ruko-ruko milik swasta.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Istana Kesultanan Melayu Asahan 

Wisata Tanjungbalai
Replika Istana Asahan

3.    Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah

Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah atau yang lebih dikenal dengan nama Lapangan Pasir adalah sebuah lapangan alun-alun yang menjadi lokasi peringatan hari-hari besar dan juga pusat keramaian di Kota Tanjungbalai.

Lapangan dengan pendopo atap berbentu cangkang kerang ini juga dilengkapi dengan jogging track, kolam air mancur, hingga bangku-bangku taman.  Di bagian belakang lapangan ini juga terdapat Tanjungbalai Food Court, sentra kuliner di Kota Tanjungbalai.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Lapangan Pasir alias Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah Tanjungbalai 

Wisata Tanjungbalai
Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah

4.    Masjid Raya Sultan Ahmadsyah

Masjid Raya Sultan Ahmadsyah adalah masjid tertua dan bersejarah di Kota Tanjungbalai. Masjid ini dibangun pada tahun 1884 oleh Sultan Ahmadsyah, salah satu sultan yang pernah memerintah Kesultanan Asahan yang gigih melawan Kolonial Belanda.

Masjid ini dibangun dengan memadukan unsur-unsur arsitektur Melayu. Selain itu, masjid ini juga tak memiliki satu pun pilar di bagian dalam masjid, tetapi memiliki banyak pilar di bagian luarnya.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Masjid Raya Sultan Ahmadsyah 

Wisata Tanjungbalai
Masjid Raya Sultan Ahmadsyah

5.    Vihara Tri Ratna

Vihara Tri Ratna adalah satu-satunya vihara di Kota Tanjungbalai dan dibangun sejak tahun 1984. Dulunya di atap vihara ini terdapat sebuah patung Budha berukuran besar. Hanya saja sekarang patungnya diletakkan di sisi bangunan vihara. Vihara ini berada di dalam kawasan Tanjungbalai Waterfront City dan tak jauh dari Balai di Ujung Tanjung.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Vihara Tri Ratna Tanjungbalai 

Wisata Tanjungbalai
Vihara Tri Ratna

6.    Kelenteng Dewi Samudera

Kelenteng Dewi Samudera merupakan kelenteng terbesar di Kota Tanjungbalai dan diresmikan sejak tahun 2009 yang lalu. Kelenteng dengan warna merah menyala dan arsitektur khas Tionghoa ini berada dalam kawasan Tanjungbalai Waterfront City dan bersebelahan dengan Vihara Tri Ratna.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Kelenteng Dewi Samudera Tanjungbalai 

Wisata Tanjungbalai
Kelenteng Dewi Samudera

7.    Jembatan Tabayang

Jembatan Tabayang alias Jembatan Tanjungbalai-Sei Kepayang adalah jembatan terpanjang di Sumatera Utara dengan panjang mencapai 600 meter lebih. Jembatan ini berdiri di atas aliran Sungai Asahan dan menjadi penghubung antara Kota Tanjungbalai dengan Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Jembatan Tabayang, Jembatan Terpanjang di Sumatera Utara 

Wisata Tanjungbalai
Jembatan Tabayang

8.    Tanjungbalai Food Court

Tanjungbalai Food Court adalah sebuah kawasan sentra kuliner di Kota Tanjungbalai. Tempat ini berada tepat di belakang Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah. Di sini menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman seperti nasi goreng, mie goreng, bakso, mie ayam, jagung rebus dan jagung bakar, rebus kerang, kelapa muda, aneka jus dan masih banyak menu lainnya.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Tanjungbalai Food Court 

Wisata Tanjungbalai
Tanjungbalai Food Court

9.    Pantai Galau

Pantai Galau adalah sebuah kafe yang berkonsep outdoor dan terapung di atas aliran Sungai Asahan. Kafe ini menyediakan berbagai macam makanan dan minuman. Namun yang paling menarik dari kafe ini adalah pemandangannya. Dari kafe ini bisa terlihat Sungai Asahan dan Sungai Silau dengan kapal-kapal yang berlalu lalang. Di seberang sungai juga terlihat Kota Tanjungbalai dan jika malam hari akan terlihat semakin cantik karena cahaya lampu kota akan memantul di atas aliran sungai.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Pantai Galau dan Tanjungbalai di Kala Malam 

Wisata Tanjungbalai
Kafe Pantai Galau
Wisata Tanjungbalai
Tanjungbalai di kala malam

10. Tanjungbalai Waterfront City

Tanjungbalai Waterfront City adalah sebuah taman yang berada di tepi aliran Sungai Asahan. Di taman ini terdapat jalur-jalur setapak dan bangku-bangku taman. Di sini juga ada warung-warung yang menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman. Selain itu, di sini juga bisa naik perahu untuk berwisata di Sungai Asahan.

Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini: Tanjungbalai Waterfront City, Wisata di Tepi Sungai Asahan 

Wisata Tanjungbalai
Tanjungbalai Waterfront City

11. Sungai Asahan

Sungai Asahan adalah sungai terpanjang di Sumatera Utara. Sungai ini berhulu di Danau Toba dan mengalir hingga ke Selat Malaka. Di Tanjungbalai, kita bisa berwisata di sungai Asahan dengan menyewa perahu seharga Rp. 10.000 perorang. Selain itu juga bisa memancing ataupun mengunjungi pulau-pulau kecil yang terbentuk di aliran Sungai Asahan. 

Wisata Tanjungbalai
Sungai Asahan

Transportasi Menuju Kota Tanjungbalai

Ada banyak cara untuk menuju Kota Tanjungbalai. yang pertama bisa menggunakan kereta api. Ada dua jenis kereta, yaitu kereta ekonomi dengan harga tiket Rp. 27.000 perorang dengan jadwal 3 kali sehari dari kota Medan. Lalu juga ada kereta kelas eksekutif dan bisnis dengan harga tiket mulai dari Rp. 110.000 dan berangkat 2 kali perhari dari Kota Medan. 

Wisata Tanjungbalai
Stasiun Kereta Api Tanjungbalai

            Cara kedua adalah dengan menggunakan bus. Ada beberapa bus dari Kota Medan menuju Kota Tanjungbalai seperti KUPJ, KUPJ Tour, Sartika, Almasar, Rajawali, dan bus lainnya. Harga tiketnya sekitar Rp. 35.000 perorang untuk bus biasa, sedangkan bus AC seharga Rp, 80.000 perorang. Jika dari daerah selain Medan, bisa naik bus dan turun di Simpang Kawat. Dari simpang tersebut bisa naik bus lain menuju Kota Tanjungbalai. Sedangkan untuk transportasi di dalam kota bisa mengandalkan angkot, becak motor dan ojek.

Cara ketiga adalah dengan menggunakan kapal ferry dan speed. Di Kota Tanjungbalai terdapat satu pelabuhan, yaitu Pelabuhan Teluk Nibung. Pelabuhan ini melayani rute ke Port Klang, Malaysia, Ledong dan Panai di Labuhan Batu hingga Panipahan di Provinsi Riau.

Penginapan di Kota Tanjungbalai

Ada beberapa penginapan yang tersedia di Kota Tanjungbalai. Kelas hotelnya pun bemacam-macam, mulai dari hotel kelas melati dengan harga Rp.100.000-an hingga hotel bintang tiga dengan harga di atas Rp. 300.000-an. Sayangnya aku belum pernah nyobain penginapan yang ada di kota ini karena rumahku hanya berjarak 1 jam perjalanan saja dari kota ini.

Demikianlah informasi tentang destinasi wisata yang ada di Kota Tanjungbalai beserta akomodasinya. Info-info ini nantinya akan kutambah jika aku berwisata lagi di kota ini.

Jumat, 20 Maret 2020

Bakpia Pathok, 0 Kilometer dan si Dia

Hai sahabat backpacker....

Gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya, aamiin...

Maaf ya lama kagak update, soalnya beberapa hari ini sibuk ngurusin refund. Seharusnya beberapa hari ini aku traveling ke Malaysia karena kemarin dapat tiket liburan gratis ke sana. Tapi dengan kondisi yang seperti ini dan Kuala Lumpur yang di lock down, ambyar deh rencana travelingnya.

Jadi, sekarang deh bisa lanjut update, maaf ya kawan-kawan.

Setelah sebelumnya aku menikmati kerennya Museum Benteng Vredeburg, aku kemudian memutuskan untuk membeli oleh-oleh untuk orang-orang di rumah. Setelah mencari-cari informasi, katanya salah satu oleh-oleh khas dari Jogja adalah Bakpia Pathok. Oleh karena itu, aku pun memutuskan untuk membeli kue tersebut.

Brmm... Brmm....

Bakpia Pathok 25

Aku membeli kue Bakpia Pathok di Bakpia Pathok 25 yang ada di Jalan AIP KS Tubun, Yogyakarta. Sebenarnya di sini ada banyak jenis kue untuk oleh-oleh. Tapi aku cuma beli Bakpia Pathok saja. Bakpia Pathoknya pun punya banyak variasi rasa. Namun yang paling enak menurutku adalah varian rasa kacang ijo. Bakpianya lembut banget cuy. Hm.. nyummi...

Satu kotaknya berisi sekitar 15 biji. Aku pun beli tiga kotak dengan harga Rp. 105.000, alias satu kotaknya Rp. 35.000. oh ya, aku lupa motoin bakpianya, pas udah abis baru keinget. 😂
Bakpia Pathok 25
0 Kilometer

Setelah selesai dengan urusan oleh-oleh, aku berencana untuk menghabiskan sore sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta api ku di 0 KM Jogja. Dan saat itu pula lah hp ku berbunyi menandakan ada satu pesan masuk di messenger.

“Kak, kamu masih di Jogja? Ketemuan yuk.” Begitu isi pesan tersebut dan pengirimnya adalah, ehem.. mantan.

“ masih kok. Ketemuan di 0 KM aja ya, kakak juga mau ke sana.” Balasku setelah memikir sesaat dan melihat kembali hati, ternyata aman. Udah move on. 😁

“ Ok deh, bentar lagi otw nih kak.”

“ Siip.. 👍.” Balasku singkat.

Tak begitu lama, aku pun kembali ke 0 KM Jogja. Tempat ini menurutku emang asyik banget buat nongkrong ngabisin waktu di sore hari. Ada banyak kursi-kursi yang tersedia mulai dari Jalan Malioboro sampe titik 0 Kilometernya. Kursinya ada yang berupa kursi kayu maupun kursi batu bulat. Di sekitarnya juga banyak pohon-pohon yang rindang, jadinya adem deh suasananya.

Udah gitu, katanya suasana 0 KM ini mirip ama Eropa gitu, tapi katanya sih, soalnya aku belum pernah ke Eropa. Tapi pemandangan di sekitarnya emang cakep sih, ada banyak lampu-lampu taman di pedestriannnya, terus di sekitarnya ada gedung-gedung peninggalan masa kolonial seperti gedung kantor pos, gedung bank BNI dan gedung Bank Indonesia yang mengapit jalan menuju alun-alun. Semakin sore, suasana di 0 KM ini makin rame dan makin meriah.
Gedung Kantor Pos dan Gedung Bank Indonesia

Suasana 0 KM kala malam menjelang

Gedung Bank BNI dari 0 KM Yogyakarta

Gedung Agung


Selain tiga bangunan peninggalan kolonial tadi, di samping 0 KM ini juga ada Gedung Agung Yogyakarta. Gedung ini dibangun pada Mei 1824 oleh pihak kolonial sebagai tempat tinggal Residen Belanda. Ketika pusat pemerintahan Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta, gedung ini menjadi Istana Kepresidenan dan menjadi tempat tinggal Presiden Soekarno.

Saat ini, Gedung Agung masih difungsikan sebagai Istana Kepresidenan yaitu sebagai kantor dan tempat tinggal presiden ketika berkunjung di Yogyakarta serta untuk menerima tamu-tamu negara. Sekarang, Gedung Agung juga dibuka untuk umum setiap hari senin sampe sabtu dari jam 8 pagi sampe jam 3 sore. Sayangnya aku ke sini udah jam 4 lebih, jadi kagak bisa masuk lagi. Asem. 
Geudng Agung Yogyakarta

Monumen Batik

Di 0 Kilometer ini juga ada satu monumen yang sangat bagus, yaitu Monumen Batik. Pada monumen ini tertulis bahwa pada tahun 2009 Batik Indonesia ditetapkan UNESCO sebagai “Warisan Budaya Tak Benda” dan pada tahun 2014 Yogyakarta dikukuhkan sebagai “ Kota Batik Dunia”. Keren banget cuy.
Monumen Batik
Monumen Serangan Umum 1 Maret

Di sisi yang berseberangan dengan Monumen Batik, ada Monumen Serangan Umum 1 Maret. Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada 1 Maret 1949. Saat itu ketika negara Indonesia dianggap telah lumpuh, bahkan tidak ada oleh Belanda, serangan umum ini berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam dan hal tersebut berhasil menaikkan moral para pejuang dan mematahkan propoganda Belanda. Keren banget cuy.
Monumen Serangan Umum 1 Maret
Ehem.. mantan

Setelah menunggu cukup lama sambil duduk nyantai di 0 KM ini, akhirnya orang yang ngajak ketemuan tadi nongol juga. Namanya Afni, dan dia ini ehem.. mantanku dulu saat masih SMA. Tapi sekarang udah move on kok. Rasa yang tinggal di dalam hati pun adalah rasa terima kasih, karena pernah menjadi warna di kehidupan SMA ku dan membuatku bisa berfikir untuk lebih dewasa lagi. Aceile... 😂

Tapi... Emang lebih cakep yang sekarang sih nih anaknya. Wkwkwkwk...

Kami berdua kemudian ngobrol-ngobrol santai di sana, bersama temaram senja. Bercerita kegiatan sehari-hari saat ini seperti kisahnya yang melanjutkan S2 di UGM dan kegiatan travelingku yang nggak jelas ntah kemana-mana. 😂

Kami juga bercerita tentang kabar dari orang-orang yang kami kenal dulu saat sekolah. Yupz... Kami bercerita sebagai teman yang telah lama tak bertemu dan akhirnya berjumpa lagi di tanah yang jauh dari kampung halaman.

Ketika hari semakin gelap dan senja semakin hilang, kami berdua pun berpisah, karena aku harus melanjutkan perjalanan ke Stasiun Lempuyangan untuk menuju destinasiku yang selanjutnya.
Stasiun Lempuyangan
Sampai jumpa lagi mantan.

Sampai jumpa lagi Jogja.
Ganteng juga berfoto di 0 Klometer ini

Jumat, 15 November 2019

Keraton Yogyakarta

Brrmm.... Brrmmm...

Hai sahabat backpacker...

Setelah sebelumnya aku dan adikku menikmati indahnya bangunan bersejarah Candi Kalasan yang ada di pinggir jalan Yogyakarta-Solo yang anehnya meski di pinggir jalan tapi sepi, sekarang kami berdua melanjutkan petualangan di Yogyakarta ini dan menuju kembali ke pusat kota. Karena tujuan kami berikutnya adalah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Brrmm... Brrmm...

Alamat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Harga Tiket

Nggak begitu jauh dari Candi Kalasan, akhirnya kami sampe juga di halaman parkir keraton Jogja ini. Setelah memarkirkan motor sewaan ini, kami pun segera membeli tiket. Harga tiketnya cuma Rp. 5000 doang perorang dan kalo mau moto-moto harus bayar lagi Rp. 2000 perkamera.

Btw alamat Keraton Jogja ini berada di Jalan Rotowijayan, Panembahan, Keraton, Kota Yogyakarta. Tempatnya pas banget di depan Alun-Alun Utara Yogyakarta dan nggak jauh dari 0 KM Yogyakarta.

Sejarah Keraton Yogyakarta

Keraton ini mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755 setelah terjadinya peristiwa perjanjian Giyanti yang membagi Kesultanan Mataram menjadi dua yaitu Yogyakarta dan Surakarta.

Pembangunan keraton ini diarsiteki sendiri oleh Sultan Hamengku Buwono I dengan arsitektur Jawa yang kental. Katanya sih keraton ini adalah salah satu komplek istana terbaik di Tanah Jawa. Mantap banget...

Bagian-Bagian Keraton Yogyakarta

Setelah membeli tiket masuk, kami berdua pun langsung aja menikmati indahnya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini. Pertama ada Bangsal Pagelaran, bangsal ini dulunya merupakan tempat para penggawa kesultanan menghadap sultan pada upacara resmi. Kalo sekarang sih sering digunain untuk even pariwisata, religi dan lain-lain disamping untuk upacara adat keraton.
Bangsal Pagelaran
Di sisi bangsal ini ada ruangan kaca yang mamerin koleksi pakaian kerajaan, dari pakaian Raja, Pangeran, Kerabat, Prajurit, sampai pakaian Abdi Dalem pun ada. Pakaiannya sih unik-unik dan menarik.
Koleksi Pakaian
Lanjut ke bagian dalam, ada pagar putih yang menjadi pembatas. Di pagar ini terdapat relief perjuangan Sultan Hamengkubuwono I dan Sultan Hamengkubuwono IX.
Relief perjuangan sultan
Di balik pagar ini ada Bangsal Siti Hinggil. Bangsal ini digunain untuk melakukan upacara resmi kerajaan. Bahkan Presiden Soekarno dulunya dilantik menjadi presiden di bangsal ini, tepatnya di Bangsal Manguntur Tangkil yang letaknya tepat di tengah-tengah Bangsal Siti Hinggil. Bangsal ini juga menjadi gambar di uang Rp. 1000 yang terbit tahun 1987.
Siti Hinggil
Bangsal Manguntur Tangkil



Foto uang Rp. 1000

Lalu di sebelah Siti Hinggil ini ada satu ruangan, aku nggak tau nama ruangannya sih, tapi isinya beberapa foto tua tentang sejarah Yogyakarta dan foto-foto sultan yang pernah memerintah di Keraton Yogyakarta ini.
Koleksi foto bersejarah

Sebenarnya masih banyak lagi yang menarik di Keraton ini, bahkan kami belum masuk ke bagian inti keratonnya. Tapi karena kurangnya informasi, jadinya aku pikir cuma bagian ini aja yang bisa diakses. Hmm... Sayang sekali kawan-kawan.
Aku di Keraton Yogyakarta

Rabu, 23 Oktober 2019

Berwisata di Keraton Ratu Boko

Brrmmm... Brmmm....

Begitulah kira-kira bunyi motor vario sewaan yang kami naiki membelah jalanan yang menghubungkan Yogyakarta dengan Kota Solo. Setelah sebelumnya aku dan adikku mengunjungi dan menikmati indahnya Taman Wisata Candi Prambanan, sekarang kami melanjutkan perjalanan untuk menjelajahi tempat-tempat wisata menarik lainnya yang ada di sekitar sini dan salah satunya adalah Keraton Ratu Boko.
Keraton Ratu Boko
Alamat Keraton Ratu Boko

Keraton Ratu Boko ini berada di Desa Bokoharjo dan Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Dari Taman Wisata Candi Prambanan, keraton ini cukup deket sih, kami tinggal menelurusi jalan menuju pusat kota Jogja, lalu di pertigaan Terminal Prambanan belok ke kiri, dari sini mah tinggal ikutin aja jalannya sampe ntar nemu plang penunjuk arah Keraton Ratu Boko.
Selamat datang di Keraton Ratu Boko
Sejarah Keraton Ratu Boko

Berdasarkan prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 Masehi yang ditemuin di sekitar Situs Ratu Boko, disebutkan seorang tokoh yang bernama Tejahpurnapane Penamkarana atau Rakai Penangkaran, dan suatu wihara yang berada di atas bukit. Dari hasil penelitian sih, tempat ini dibangun Rakai Panangkaran ketika ia mengundurkan diri sebagai raja karena ingin ketenangan rohani dan mendalami agama.

Tapi di generasi-generasi selanjutnya, sepertinya tempat ini berubah fungsi utama dan dijadikan sebagai Keraton yang dilengkapi benteng pertahanan ketika terjadi perebutan kekuasaan dan hal itu disebutkan dalam Prasasti Siwagrha.

Hmm... Bangunan sejarah aja bisa berubah fungsi, apalagi perasaan si dia. -_-

Arsitektur dan Bagian-Bagian Keraton

Posisi Keraton Ratu Boko ini berada di atas bukit. Jadi untuk mencapainya, kami harus menapaki jalan menanjak dari parkiran. Asyiknya di sepanjang jalan ini ada beberapa saung dan kursi, jadi bisa rehat sejenak.
Peta Taman Wisata Keraton Ratu Boko

Jalan menuju ke gerbang keraton

Saung buat santai
Di salah satu sudut jalannya juga ada spot selfie yang dikasi hiasan bunga dan love gitu dengan latar Candi Prambanan di kejauhan. Beuuhh... cakep juga nih kalo berfoto di sini, so.. langsung aja deh aku berfoto di situ. Setelah selesai berfoto, baru deh sadar nih spot cocoknya buat foto bersama pasangan. Asem, kalo foto sendirian malah keliatan jomblonya. -_-
No coment deh. -_-
Akhirnya setelah berjalan mendaki beberapa waktu, nyampe juga di bangunan gapura yang menjadi gerbang situs bersejarah Keraton Ratu Boko.

Gerbang Keraton Ratu Boko yang digunakan untuk masuk ke situs bersejarah ini terdiri dari dua gerbang, yaitu gerbang luar dan gerbang dalam dengan gerbang dalam ukurannya lebih besar dari gerbang luar.
Gerbang luar

Gerbang dalam

Gerbang Keraton Ratu Boko

Di bagian depan gapura tersebut ada halaman luas berumput hijau yang merupakan alun-alun keraton. Di bagian belakangnya terdapat sisa bangunan yang tinggal lantainya doang. Sisa bangunan tersebut dinamain Paseban. Bangunan paseban ini ada dua buah yang saling berhadapan. Belum diketahui pasti fungsi utamanya sih, tapi berdasarkan penamaannya, Paseban merupakan ruang tunggu saat ingin menghadap raja.
Rumput hijau yang bikin adem

Paseban
Lalu di belakang nya lagi ada bangunan bernama Pendopo. Bangunan ini memiliki pagar batu dan tersisa lantainya doang. Diperkirakan fungsi bangunan ini merupakan ruang tamu.
Lebih ke belakang lagi terdapat bangunan keputren yang artinya tempat tinggal para putri. Di dekat Keputren ini juga tedapat kolam-kolam pemandian. Btw aku ke tempat ini sih mau ketemu putri-putri keraton, tapi ternyata kagak ada putri-putrinya. -_-
Pendopo

Kolam pemandian di dekat Keputren
Aku kemudian melanjutkan lagi penjelahan menuju ke lereng bukit kawasan keraton ini. Di sini terdapat dua buah goa yang dinamain Goa Lanang dan Goa Wadon. Diperkirakan goa ini merupakan tempat meditasi pada zaman dahulu.
Abaikan yang berfoto di goa
Tempat terakhir yang kami datangi adalah Candi Pembakaran dan Sumur Suci. Dinamain Candi Pembakaran karena ditemukannya sisa abu di sumuran candi, sehingga dipercaya candi ini menjadi tempat pembakaran jenazah atau tempat penyimpanan abu jenazah raja, tapi dari hasil penelitian cuma ditemukan abu sisa pembakaran kayu dan tidak ditemukan sisa pembakaran tulang. Sedangkan sumur suci dipercaya airnya memiliki tuah dan air dari sumur suci ini dulunya digunakan untuk upacara keagamaan di Candi Pembakaran.
Candi Pembakaran dan Sumur Suci
Setelah selesai menjelajahi satu demi satu sisa bangunan bersejarah di Keraton Ratu Boko ini, kami pun segera kembali ke parkiran untuk menuju destinasi menarik lainnya. Lets go...
Si ganteng yang unyu di Keraton Ratu Boko



Jumat, 16 Desember 2016

Menembus Batas Sumatera Utara-Aceh Part 3 : Istana Benua Raja



Istana Benua Raja

Brmm... Brmmm...
Aku kembali memacu keretaku (baca:motor) setelah tadi singgah di Istana Karang dalam rangka menembus batas Sumatera Utara-Aceh dengan duit kurang dari 100 ribu. Tujuanku selanjutnya adalah mencari makan siang yang murah meriah. Soalnya perut juga udah lumayan keroncongan, apalagi cuaca di Kota Kuala Simpang ini cukup panas. Haaaa.... kekeringan nih badan, lama-lama bisa jadi zombie nih.
Tapi beruntungnya, saat muter-muter nggak jelas menyusuri jalanan Kota Kuala Simpang ini untuk nyari makanan murah, aku malah nggak sengaja melihat plang bertuliskan Istana Benua Raja. Lucky. Urusan perut bisa ditunda deh, soalnya ada istana di depan mata.

Lokasi Istana Benua Raja
Istana Benua Raja ini ternyata berada di Desa Benua Raja, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang dan tidak begitu jauh dari pusat Kota Kuala Simpang. Kira-kira bisa dicapai dalam waktu 10 menit lha dari pusat kota kalo naik kereta, atau bisa 30 menit kalo jalan kaki, itu pun kalo sanggup, panas kotanya ampun cuy.

Arsitektur istana
Arsitektur Istana Benua Raja ini sekilas terlihat tidak jauh berbeda dengan Istana Karang yang tadi pertama ku jumpai. Istana ini arsitekturnya juga terlihat sederhana, khas rumah-rumah peninggalan zaman kolonial Belanda di perkebunan gitu. Jika nggak ada plang nama di depannya, aku nggak bakal nyangka kalo ini adalah sebuah istana, soalnya terlihat sederhana, tanpa kemewahan dan tanpa ada tanda-tanda istana.
Plang Istana Benua Raja
Istana ini memiliki halaman yang cukup luas dengan rumput berwarna hijau. Segar deh melihat hijau rumputnya apalagi di tengah cuaca yang cukup menyengat ini. Di halamannya pun banyak siswa yang bermain dari satu sekolah yang berada di belakang istana ini. Jadi makin segar deh liat siswi-siswi itu, ahahaha... #ingetumurwoy.
Halamannya hijau
 Kondisi Istana
Istana Benua Raja saat ini juga udah ditetapkan sebagai situs/cagar budaya oleh pihak Pemerintah Aceh Tamiang. Kondisi istananya pun sangat terawat dengan baik karena istana ini masih dikelola dan dijadikan sebagai tempat tinggal oleh ahli waris kerajaan. Syukurlah. Istana ini sendiri adalah peninggalan dari Kerajaan Benua Tunu, salah satu kerajaan yang dulu berkuasa di Tanah Aceh Tamiang dan masih memiliki hubungan dengan Kerajaan Karang.
Berhubung hari pun udah siang, aku pun bergerak ke satu rumah makan yang cukup murah, lumayan untuk kondisi kantongku yang tipis ini. Saat makan aku juga sempat bertanya ama pelayannya kalo ke Kota Langsa tenyata cuma 40 menit lagi. Lumayan dekat, tapi karena takutnya pulang kemalaman, aku pilih pulang aja deh.
Sebelum pulang, aku juga menyempatkan diri membeli oleh-oleh. Lumayan juga dapat pisang sale dua bungkus seharga 10 ribu, murah cuy. Rencananya pisang salenya buat dimakan sendiri entar di kost, soalnya mau dibagi-bagi juga adanya dikit. #padahalpelit. Hahahaha.....
So, dengan ini berakhir juga deh petualanganku menembus batas Sumatera utara-Aceh dengan duit kurang dari 100 ribu, dan ternyata emang bisa karena setelah dipotong bensin, makan dan oleh-oleh, masih ada sisa duit 55 ribu di kantong, alhamdulillah.. oh ya, dalam perjalanan pulang aku juga berencana untuk singgah di Masjid Azizi, Langkat. Brmmm... Brmmm... lets go.
Cowok ganteng di depan istana